Wednesday, January 28, 2009

Ironi

hari minggu kearin jalan ke petak 9 karena ingin memotret barongsai, setelah dapat info secukupnya dari Ghaya
saya dengan teman kesana. baru memasuki pasar, sudah tercium bau keringat dan bau badan (maaf) orang yang tidak mandi
dan tentu saja saya juga turut kontribusi dalam hal menyumbang keringat ini setelah berjalan kaki dari halte olimo.
Perjalanan saya teruskan memasuki wihara, ternyata diluar halaman dipenuhi orang yang ingin mendapatkan angpaw,
jumlahnya mungkin ratusan.
Terus terang saja hilang mood saya untuk mengambil foto, apalagi setelah saya tanya kalau Barongsai tidak ada
karena tujuan utama saya memang ingin melihat gerakan kungfu dari para pemain barongsai.

Masuk kedalam wihara para pemegang kamera pohon (minjem istilah mbot) seperti mendapatkan privelege
mereka (termasuk saya) bisa dengan bebas keluar masuk.
Sedangkan saya lihat warga biasa yang ingin masuk tidak diperkenankan oleh penjaga keamanan,
Biasa dalam hal ini pakaiannya biasa-biasa saja dan terkesan kotor serta dekil.
Saya sendiri merasa tidak ada bedanya dengan mereka, bersendal jepit dan memakai kaus oblong yang alhamdulillah ga bolong.

Pada saat saya akan memotret, saya seperti tersentak, orang sedang berdo'a dan seenaknya saya dalam jarak kurang dari 2 meter
meng-close up orang tersebut, jika saya sedang shalat tentu saya juga kurang suka jika tiba-tiba ada kamera didepan muka saya,
misalkan saja pada saat saya shalat dan akan mengucapkan salam As... -tiba-tiba Blitz menimpa muka saya- bisabisa bukannya Assalamualaikum
yang saya ucapkan tapi malah bisa mengucapkan Astagfirullah.
tapi lain ceritanya kalau setelah shalat ada yang menyodorkan kamera dan diberikan secara gratis kepada saya.
Lantas saya pun urung untuk mengambil foto-foto orang yang sedang bersembahyang tersebut, benar-benar hilang mood.
diluar halaman melihat orang-orang yang antri mendapatkan angpaw, saya bertanya kepada teman saya, apa pendapatnya
melihat hal tersebut dia bilang kemiskinan, sedangkan saya melihatnya sebagai sebuah ironi.

Tapi lumayanlah, saya masih bisa tersenyum saat mendengar seorang anak kecil bertanya kepada kakeknya di kawasan Pasar Petak 9
kurang lebih pertanyaannya seperti ini :
"kakek... kakek... shio aku apa" sianak bertanya sambil berlari dari dalam rumah menyeberang jalan mnuju kakeknya
"Shio May"
sianak kembali bertanya "kakek... kakek... shio aku apa"
"Shio May" kembali jawaban itu terdengar, saya ga terlalu mudeng, sambil berjalan saya coba mengingat kalau ga salah
Shio itu dilambangkan dengan binatang, apa ada Binatang bernama May.
Ketika saya bertanya dengan teman saya, dia tertawa.. yang jawab itu kakaknya, bukan kakeknya, please deh
masa ada Shio itu Shiomay? (somay)
Ya ya ya... saya memang ga mudeng kalau teman saya langsung ngeh karena hobbynya emang makan :D

ada sedikit hiburan dalam perjalanan pulang dan ketika ada insiden teman saya nyaris tidak bisa lewat celah antara dua mobil
saya dengan yakin bisa lewat dengan cara menahan nafas, mengempeskan perut walah harus mengepel debu diantara dua mobil tersebut
mungkin kalau teman saya malah merontokan cat diantara kedua mobil tersebut.. :D Piss coy.... :p
dan sedikitnya bisa mengembalikan mood saya tengah malam itu dengan foto-foto ditengah bundaran HI.

No comments: